KANKER

Kanker Payudara: Resiko, Pencegahan, dan Pengobatan

Perempuan mana yang tidak cemas atau takut dirinya akan menderita kanker payudara? Nyatanya, kanker payudara di Indonesia merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim. Dan mungkin tahun tahun kedepan akan menjadi nomer satu jika vaksinasi kanker mulut rahim banyak dilakukan. Kenyataan lain, banyak sekali perempuan yang datang ke dokter setelah stadium lanjut ( 3 atau 4) terutama jika berasal dari ekonomi menengah kebawah. Layaknya kanker pada umumnya, kanker payudara juga mempunyai faktor resiko yang jika anda miliki akan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Faktor resiko tersebut antara lain:
  1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah tidak pernah punya anak, kehamilan pertama pada usia tua (lebih dari 35 tahun), menstruasi pertama pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan tidak pernah menyusui
  2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi hormonal seperti pil KB, KB suntik, serta implan KB, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas
  3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
  4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause.
  5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
  6. Radiasi: Ekspose dengan radiasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya resiko kanker payudara. Tentunya hal ini juga bergantung dari dosis radiasi yang diterima
  7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun
Jika anda memiliki satu atau lebih faktor resiko diatas, tidak perlu panik!!. Karena resiko tidak menjamin anda pasti terkena kanker. Tetapi pemeriksaan payudara sendiri secara rutin masih perlu dilakukan. Dan faktor resiko yang paling perlu diwaspadai tentunya adalah faktor genetik.
Dari beberapa studi yang dilakukan, olahraga teratur, memiliki berat badan ideal, menghindari rokok dan alkohol, mengurangi makanan berlemak, menyusui, dan tidak hamil pada usia tua dikatakan dapat mengurangi resiko untuk menderita kanker payudara. Untuk perempuan dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara juga disarankan untuk menghindari kontrasepsi hormonal.
Pencegahan yang paling penting dilakukan adalah dengan deteksi dini. Kenapa? karena kanker yang dideteksi secara dini dan belum menyebar jauh ke organ lainnya memiliki kemungkinan sembuh lebih tinggi. Deteksi dini pada usia muda (diatas 20 tahun) dilakukan dengan memeriksa payudara sendiri secara rutin setiap satu minggu sesudah menstruasi. Tanda tanda yang perlu dicurigai sebagai kanker payudara antara lain, benjolan di payudara yang biasanya membesar dengan cepat (pada tumor jinak, pembesaran tumor sangat pelan (hitungan tahun atau beberapa bulan hanya membesar sedikit)), Puting tertarik kedalam, keluar cairan dari puting, kulit payudara kisut seperti kulit jeruk, rasa nyeri, serta benjolan di ketiak atau leher yang dapat merupakan sebaran dari kanker. Mammography pada usia 35 -40 tahun dilakukan sekali dan pada umur 50 tahun ke atas dilakukan tiap 2 tahun sekali membantu deteksi dini.
Pengobatan pada kanker payudara biasanya meliputi operasi pengangkatan payudara, kemoterapi, radioterapi, dan obat obatan. Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh stadium dari kanker payudara. Semakin cepat kanker diketahui dan diangkat, semakin besar kemungkinan untuk sembuh. Terkadang penderita susah menerima jika payudara harus diangkat karena takut tidak cantik lagi sehingga menyebabkan keterlamabatan pengambilan keputusan. Keluarga penderita dalam hal ini hendaknya memberikan support moril sehingga penderita dapat secepatnya ditangani. Semakin kecil benjolan saat ditangani semakin besar kemungkinan sembuh dan ada kemungkinan payudara tidak perlu diangkat semuanya sehingga anda masih dapat memiliki payudara. Jadi, tidak perlu ragu untuk memeriksakan diri sesegera mungkin jika mendapati benjolan pada payudara anda.


KANKER OTAK

Kanker Otak. sebelum membahas penyakit Kanker Otak mari kita ulas sedikit tentang otak. Otak adalah pusat kehidupan. Segala aktivitas kehidupan, hingga yang sekecil-kecilnya, hanya bisa terjadi melalui mekanisme yang diatur oleh otak. Dalam waktu yang bersamaan otak harus menjalankan beribu-ribu aktivitas sekaligus. Saat tiba-tiba mendengar suara klakson dari belakang maka secepat kilat otak menyuruh kaki meloncat ke tepi, menyuruh leher menoleh ke belakang, menyuruh mata membelalak, menyuruh otot-otot menegang untuk mengatasi situasi darurat, menyuruh jantung memompa darah lebih kencang, menyuruh hidung tetap bernafas, dan masih banyak lagi yang harus diaturnya, bahkan terkadang masih sempat-sempatnya menyuruh mulut memaki….

Kanker Otak sangat berbeda jauh dengan kanker yang ada di tubuh. jika pada bagian tubuh lain kanker jinak kadang tidak mengganggu dan tidak berbahaya, di otak kanker jinak pun bisa sangat mengganggu dan membahayakan nyawa. (baca juga :  Kanker payudara dan Kanker Serviks)

GEJALA KANKER OTAK
Ciri-ciri awal kanker otak sangat bervariasi, tergantung pada bagian otak mana yang terserang. Misalnya kepala pusing atau terasa mual. Berikut gejala kanker otak yang patut Anda waspadai:
a. Sakit kepala disertai mual sampai muntah yang menyemprot
b. Daya penglihatan berkurang
c. Penurunan kesadaran atau perubahan perilaku
d. Gangguan berbicara
e. Gangguan pendengaran
f. Gangguan berjalan / keseimbangan tubuh
g. Gangguan saraf
h. Gangguan gerak melemah atau kejang
i. Gejala pada bayi biasanya ubun-ubun besar menonjol


KANKER SERVIKS



Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.
Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim? Bagaimana cara pencegahannya? Serta bagaimana cara mengatasinya jika sudah terinfeksi HPV?

HPV

Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh.

Penyebab dan Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.
Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.

Deteksi Kanker Serviks

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
  • IVA

    IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
  • Pap smear

    Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
  • Thin prep

    Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
  • Kolposkopi

    Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

Mengobati Kanker Serviks

Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.

Mencegah Kanker Serviks

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
  • Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
  • Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
  • Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
  • Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
  • Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
  • Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
  • Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
  • Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
  • Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

Hidup Sehat Tanpa Kanker Serviks

Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati. Deteksi sejak dini dan rutin melakukan Pap smear akan memperkecil risiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup Anda dan juga pola makan Anda agar terhindar dari penyakit yang membunuh banyak wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu yang menakutkan.



KANKER RAHIM

Sampai saat ini, kanker rahim dikenal sebagai "silent killer" karena biasanya sulit terdeteksi hingga stadium lanjut.


Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa penderita kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara menetap:
  • tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
  • Perasaan ingin buang air kecil terus menerus
Gejala lainnya meliputi:
  • Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
  • Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
  • Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
  • Rasa sakit selama hubungan intim (dispareunia)
  • Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
  • Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
  • Perubahan dalam siklus menstruasi
KAPAN HARUS KE DOKTER
Kunjungi dokter Anda jika Anda merasakan gejala perut bengkak, kembung, sakit pada perut/panggul yang terus-menerus selama lebih dari beberapa minggu. Jika dokter tidak menemukan diagnosa kanker rahim, pastikan Anda mendapat second opinion. Pasti dokter melakukan pemeriksaan panggul Anda.

Dokter mungkin merekomendasikan satu atau lebih dari tes berikut untuk mendiagnosa kanker rahim:
  • Ultrasonografi (USG).
  • Penanda tumor CA-125. Banyak wanita dengan kanker rahim memiliki kadar CA 125 yang abnormal dalam darah mereka.
  • CT SCAN atau MRI
Jika tes ini mengarah ke kanker rahim, akan dilakukan operasi (laparaskopi) dimana diambil sayatan kecil di perut dan eksplorasi rongga perut untuk menentukan apakah kanker ada. Jika kanker rahim terkonfirmasi, ahli bedah dan ahli patologi akan mengidentifikasi jenis tumor dan menentukan apakah kanker telah menyebar.

STADIUM KANKER RAHIM
  • Stadium I. kanker terbatas pada satu atau kedua ovarium.
  • Stadium II. Kanker telah menyebar ke lokasi lain di panggul, seperti rahim atau saluran tuba.
  • Stadium III. Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum) atau ke kelenjar getah bening dalam perut.
  • Stadium IV. Kanker ovarium telah menyebar ke organ di luar perut.

Gambar: Kanker Rahim Stadium III

Perawatan kanker rahim biasanya melibatkan kombinasi operasi dan kemoterapi.

OPERASI PEMBEDAHAN
Secara umum, penderita kanker rahim memerlukan pembedahan luas yang mencakup pengangkatan kedua ovarium, saluran tuba dan rahim serta kelenjar getah bening di dekatnya dan lipatan jaringan lemak perut yang dikenal sebagai omentum, di mana kanker rahim sering menyebar.

KEMOTERAPI
Setelah operasi, kemungkinan besar Anda akan menjalani kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Rejimen awal untuk kanker rahim mencakup kombinasi carboplatin (Paraplatin) dan paclitaxel (Taxol) disuntikkan ke dalam aliran darah (intravena). Efek samping - termasuk sakit perut, mual dan muntah - mungkin dapat terjadi.

RADIASI
Radiasi biasanya tidak dianggap efektif untuk kanker rahim.
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada jaringan paru-paru.
KANKER PARU PARU
Tahukah Anda ?
  • Penyebab utama kematian pada kasus-kasus kanker adalah KANKER PARU (kanker paru berkontribusi pada 32% kematian pada pria & 25% pada wanita penderita kanker)
  • 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok
  • Merokok satu pak per hari meningkatkan resiko kanker paru 10X lipat
  • Merokok dua pak per hari meningkatkan resiko kanker 25X lipat
  • Dari 180 ribu orang yang divonis kanker paru setiap tahunnya, 86% akan MENINGGAL dalam waktu 5 TAHUN sejak terdiagnosa (ini baru di Amerika saja).
Untuk dapat memahami kanker paru, penting bagi kita untuk memahami bagaimana struktur paru-paru manusia (normal) dan cara kerjanya.

Anatomi Paru Manusia

Paru-paru adalah organ berbentuk spons yang terdapat di dada. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Paru-paru kiri lebih kecil karena jantung membutuhkan ruang lebih pada sisi tubuh ini. Paru-paru membawa udara masuk dan keluar dari tubuh. Mereka mengambil oksigen dan menyingkirkan gas karbon dioksida (zat residu pernafasan).

Lapisan di sekitar paru-paru disebut pleura, membantu melindungi paru-paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas. Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paru-paru. Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang kecil inilah terdapat kantung udara kecil yang disebut alveoli.

Di bawah paru-paru, terdapat otot yang disebut diafragma yang memisahkan dada dari perut (abdomen). Bila Anda bernapas, diafragma bergerak naik dan turun, memaksa udara masuk dan keluar dari paru-paru. 
 Organ Liver/Hati

Liver/hati adalah organ kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Beratnya sekitar 1.3 kg (pada orang dewasa). Letaknya di bagian kanan tubuh, tepat dibawah diafragma.

Liver memiliki dua bagian besar, yang disebut lobus kanan dan kiri. Kandung empedu (gallbladder) terletak di bawah liver, bersama dengan bagian-bagian dari pankreas dan usus. Liver dan organ-organ ini bekerja sama untuk mencerna, menyerap, dan mengolah makanan.


Gambar anatomi hati manusia

Pekerjaan utama liver/hati adalah untuk menyaring darah yang berasal dari saluran pencernaan, sebelum melewati ke seluruh tubuh. Hati juga mendetoksifikasi bahan kimia dan hasil metabolisme obat-obatan dalam tubuh. Selama proses ini, hati mengeluarkan empedu, yang merupakan cairan hasil pembakaran sel-sel darah yang sudah tua atau mati. Cairan empedu yang masih bermanfaat akan dipergunakan lagi oleh tubuh untuk pembentukkan sel darah yang baru, sedangkan yang sudah tidak terpakai lagi akan dibuang melalui ginjal dan usus halus.

Liver juga membuat protein penting bagi pembekuan darah dan fungsi-fungsi lainnya, seperti: menyimpan vitamin dan mineral (vitamin A, D, K dan B12), mempertahankan kadar glukosa dalam darah, dan memproduksi 80% kolesterol dalam tubuh.

Kondisi hati/liver Anda:

Hepatitis: Radang hati/liver, biasanya disebabkan oleh virus seperti hepatitis A, B, dan C. Hepatitis dapat memiliki penyebab non-infeksi juga, seperti: minum alkohol, obat-obatan, reaksi alergi, atau obesitas.

Fibrosis: Setelah meradang, hati/liver mencoba memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis", yang membuat hati/liver lebih sulit melakukan fungsinya.

Sirosis: kerusakan jangka panjang hati/liver dari sebab apapun dapat mengakibatkan jaringan parut semakin banyak terbentuk dan mulai menyatu (permanent), yang disebut sirosis. Hati kemudian menjadi tidak dapat berfungsi dengan baik.

Kanker Hati: Kanker hati, hampir selalu terjadi setelah sirosis hadir.

Kegagalan hati: Sewaktu sirosis bertambah parah, hati/liver tidak dapat menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki, dan pendarahan pada usus sering terjadi. Pada titik ini, transplantasi hati adalah pilihan satu-satunya.

Ascites: Sebagai dampak dari sirosis, terjadi kebocoran cairan (ascites) dari hati/liver ke dalam perut, yang menyebabkan perut buncit dan berat.

Batu empedu: Jika batu empedu terjebak dalam saluran empedu yang mengeringkan hati, akibatnya dapat terjadi hepatitis dan infeksi saluran empedu (kolangitis).

Hemochromatosis: hemochromatosis memungkinkan besi untuk terdeposit dalam hati, merusak hati/liver. Besi juga dapat terdeposit di seluruh tubuh, menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya.

Kolangitis sclerosing Primer: Sebuah penyakit langka dengan penyebab yang tidak diketahui, kolangitis sclerosing primer menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada saluran empedu di hati/liver.

Sirosis bilier Primer: Kelainan yang jarang terjadi ini, suatu proses tidak jelas perlahan-lahan merusak saluran empedu di hati/liver. Yang akibatnya menyebabkan sirosis.

Pemeriksaan Liver/hati

Tes Darah:

Panel Fungsi hati: Sebuah panel fungsi hati/liver terdiri dari berbagai pemeriksaan darah untuk meneliti seberapa baik hati/liver bekerja.

ALT (Alanin aminotransferase): Peningkatan levelALT membantu dalam identifikasi penyakit ataupun kerusakan hati/liver dari berbagai penyebab, termasuk hepatitis.

AST (aspartate aminotransferase): Seiring dengan kenaikan ALT, pemeriksaan AST dilakukan untuk mengecek kerusakan hati/liver.

Alkali fosfatase: Alkali fosfatase hadir dalam sel-sel yang mensekresi empedu dalam hati/liver, melainkan juga di tulang. Bila kadarnya tinggi, sering berarti aliran empedu dari liver terblokir.

Bilirubin: tingkat bilirubin yang tinggi menunjukkan adanya masalah dengan hati/liver.

Albumin: Sebagai bagian dari tingkat protein total, albumin membantu menentukan seberapa baik hati/liver bekerja.

Amonia: kadar amonia dalam darah meningkat ketika hati/liver tidak berfungsi dengan baik.

Hepatitis A tes: pengujian fungsi hati serta antibodi untuk mendeteksi virus hepatitis A.

Hepatitis B tes: pengujian antibodi untuk menentukan apakah terinfeksi virus hepatitis B.

Hepatitis C tes: tes darah untuk menentukan apakah terinfeksi virus hepatitis C.

Prothrombin Time (PT): Prothrombin sewaktu (PT) biasanya dilakukan untuk memeriksa adanya masalah pembekuan darah.

Partial tromboplastin Time (PTT): Sebuah PTT dilakukan untuk memeriksa masalah pembekuan darah.

Tes Imaging:

USG Abdomen: Sebuah USG abdomen dapat menguji banyak kondisi hati/liver, termasuk kanker, sirosis, atau masalah dari batu empedu.

CT scan abdomen: CT Scan perut memberikan rincian gambar mengenai hati/liver dan organ perut lainnya.

Biopsi hati/liver: Biopsi hati biasanya dilakukan setelah tes-tes lainnya, seperti tes darah ataupun USG, tujuannya adalah untuk mengecek adanya massa tumor pada hati.

Scan Hati/liver dan pankreas: scan ini menggunakan bahan radioaktif untuk membantu mendiagnosis sejumlah kondisi, termasuk abses, tumor, dan masalah fungsi hati lainnya.